Rabu, 20 Maret 2019

Sejarah Desa Wisata Waerebo

Sejarah dari desa wisata waerebo ini dimulai saat seorang arsitek yang bernama Yori yang sedang menjelajah dunia dan pulang kembali ke nusantara untuk mengembangkan potensi negara. Dia pun menemukan banyak “permata” arsitektur yang sebelumnya, tak disadarinya. Salah satu kekaguman pertamanya adalah Wae Rebo di Desa Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, sehingga Yori mengumpulkan tim beranggotakan 15 staf untuk mengunjungi destinasi nan jauh di mata ini. setelah menempuh perjalanan yang panjang, kemudian berjalan kaki hingga 6 jam, Yori dan timnya tiba di Wae Rebo di mana rumah adat (disebut Mbaru Niang) yang tadinya masih ada 7 telah berkurang menjadi hanya 4. Jika penduduk setempat mengizinkan, Yori ingin membantu membangun kembali Wae Rebo. program pertama yang di cetuskan oleh Yori adalah program "Rumah Asuh". Yori dan timnya tidak datang untuk mengubah cara hidup mereka, tapi kami tetap menyarankan pentingnya melestarikan lingkungan, termasuk menanam kembali pohon-pohon yang telah ditebang untuk membangun rumah ini. Program Rumah Asuh juga diupayakan menjadi solusi untuk masalah lazim yang menimpa rumah adat di Indonesia: dokumentasi yang memadai. Sebelum Yori datang, semua keterampilan membangun rumah adat Wae Rebo diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan. Seiring berjalannya proses membangun, warga desa melibatkan para pemudanya sehingga mereka ikut berkenalan dengan teknik tersebut kemudian dapat melanjutkan warisan Wae Rebo ini.
Pada akhirnya, program Rumah Asuh bukan sekadar kegiatan membangun rumah adat —ini justru menjadi suatu proyek budaya, melalui pintu masuk arsitektur, untuk menjelajah aneka aspek lain dari budaya setempat.Kedatangan Yori Antar ke Wae Rebo telah memberi dampak mendalam bagi masyarakat di sana. Berkat perjalanan ekspedisinya, desa yang nyaris terlupakan ini kemudian menjadi destinasi kegemaran untuk wisata eksotis, setara dengan Pulau Komodo dan Raja Ampat. Arus masuk wisatawan yang ingin merasakan cara hidup Wae Rebo pun menjadi sumber pendapatan bagi penduduk setempat.Hasil untuk kerja keras bersama ini adalah penganugerahan Award of Excellence dari UNESCO Asia-Pacific Heritage Awards untuk Pelestarian Warisan Budaya tahun 2012 kepada Wae Rebo.Tak hanya didukung oleh banyak dermawan dan juga Kementerian Pariwisata, program Rumah Asuh telah diadopsi oleh Departemen Pendidikan menjadi program Rumah Budaya. Ditargetkan mengembangkan hingga 90 desa per tahun, program ini telah menuai keberhasilan di Sumba dan Sumatera Barat. Dalam upaya menyebarkan kecintaan dan penghargaan terhadap arsitektur tradisional Indonesia, Yori mendorong dibukanya mayor Arsitektur Nasional di universitas-universitas besar. Selain itu, ia menggelar kontes pula bagi mahasiswa arsitektur, sarjana arsitektur, serta firma arsitektur ternama dengan tujuan meningkatkan kesadaran arsitektur tradisional di kalangan “pembangun” di Indonesia. 
Gambar 1.1 Kerangka Rumah adat Mbaru Niang

1.2 Kondisi Lingkungan saat pembangunan Rumah Adat Mbaru Niang di Wae Rebo

1.3 Tim dan Masyarakat Desa Wae Rebo 

1.4 Arsitek Yori dan Ketua Adat Desa Wae Rebo


Daftar Pustaka:
1.  http://baltyra.com/2010/05/20/a-journey-to-wae-rebo-traditional-village/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini